Media sosial merupakan sesuatu yang tidak boleh dianggap remeh dan hanya digunakan untuk sekadar bergembira, karena saat ini media sosial adalah kekuatan baru yang mampu menumbangkan rezim Hosni Mobarak selama 30 tahun dengan membentuk opini publik yang dikembangkan melalui Facebook.
Demikian disampaikan Hj Inon Beydha Lukman PhD dalam kuliah umum tentang “Peran Media Sosial Dalam Membentuk Opini Publik” di aula kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan, Jl SM Raja, baru-baru ini.
Begitu juga dengan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, dapat terpilih menjadi pemimpin di Negeri Paman Sam itu karena diusung kekuatan media sosial. Hal ini menunjukkan media sosial telah menjadi kekuatan baru karena di dalamnya bisa bertukar informasi, gambar, cerita, dan yang terpenting ada kekuatan yang tersembunyi di dalamnya.
Faktanya, saat ini Facebook memiliki 500 juta users di dunia, 100 juta di antaranya aktif mengakses secara mobile dan dikunjungi rata-rata 55 menit per hari. Twitter berhasil meraih tweet ke 10 miliar pada Maret 2010 dan tahun ini mencapai 110 juta users (80 % via online-mobile), 600 juta mode pencarian untuk akun tweet.
Sementara itu, Youtube per harinya memanjakan 2 miliar pengakses per menitnya mengunggah berkas video berdurasi 2 jam dan dibutuhkan umur lebih dari 1000 tahun bila ingin melihat semua video di dalamnya. Di tahun pertamanya, Foursquare telah mencetak 1,4 juta venues dan 15,5 juta checkins oleh lebih dari 500 ribu users.
“Dari beberapa fakta tersebut dapat dikatakan bahwa 90 % users internet tahu menggunakan setidaknya satu media jejaring sosial dan rata-rata memiiki 195 teman yang terhubung,” ujar dosen USU ini.
Selanjutnya, bila generasi muda saat ini lebih suka menggunakan media digital untuk mendapatkan informasi, ilmu, saling share serta memberi pendapat, maka mereka bisa dikatakan sebagai generasi virtual.
Generasi virtual dapat didefinisikan dengan tiga kunci, yaitu menggunakan teknologi dari hari ke hari untuk berkomunikasi, suka berpartisipasi, dan berbicara secara online serta bersifat kolektivis.
Inon juga menambahkan dengan media sosial ada peluang besar mempengaruhi opini publik bila media sosial tersebut dikelola dengan baik. Ada beberapa strategi membangun opini publik, di antaranya,mengangkat kepentingan khalayak, menggunakan jargon, simbol yang menarik perhatian.
”Fenomena yang sedang berkembang di masyarakat tentang sosial, ekonomi, dan politk, perilaku elit, pemerintah, kebijakan publik, kesejahteraan, dan keadilan adalah hal yang menarik perhatian. Sebagai mahasiswa komunikasi, khususnya jurnalistik, harus bisa membentuk opini publik melalui sosial media,” lanjut Inon didampingi Puket I STIK-P Dra Hj Nadra Ideyani Vita MSi dan Puket II Suprapti Indah Putri SP.